Desa Di Aceh Terkenal Dengan Wanita Cantik Yang Bermata Biru
Di Media Sosial sekarang banyak yang membahas tentang KECANTIKAN wanita-wanita Indonesia,mulai dari pramugari Theresia,Nadine Kaiser anak menteri susi dan banyak lainnya.Lamno,adalah salah satu wilayah di provinsi ACEH yang terkenal dengan sebagian penduduknya berbeda dari masyarakat Aceh pada umumnya.
Mereka dikenal dengan sebutan"si Mata Biru atau bule" dari serambi Mekkah.ACEH di ujung utara Pulau Sumatera identik dengan Aceh sebagai Serambi MEKKAH.Wilayah itu merupakan tanah bekas kerajaan-kerajaan Islam yg kuat dengan perdagangan yang maju serta angkatan perangnya yang jaya pada bebrapa abad ke-8 sampai ke-19.Daerah ini juga dikaruniai Tuhan dengan kekayaan dan keindahan alam serta budayanya yang maju.Profil dan letak geografis daerahnya menguntungkan karena terapit di antara Samudera Indonesia dan Selat Sumatera,Perbedaan menyolok ini membuat warga turunan Portugis di LAMNO Aceh Barat,terutama wanitanya menjadi pemalu.
Padahal mereka adalah orang Aceh juga,menggunakan bahasa Aceh yang pasih,dan juga pemeluk Islam yang taat beribadat.Namun,mereka bukanlah warga yang sombong,sikap malu hanya muncul jika mereka didatangi oleh orang asing yang belum mereka kenal saja.
Tsunami yang menggulung Aceh,26 Desember 2004,merenggut lebih dari 100 ribu orang, hanya di Serambi Mekah.Juga nyaris membuat punah'si Mata Biru',penduduk Aceh keturunan Portugis.Desa-desa mereka tersapu dahsyatnya gelombang gergasi.
Sudah lama Lamno,ibu kota Kecamatan Jaya,populer karena sebagian penduduknya tak seperti warga Aceh kebanyakan.Meski dari kampung,fisik mereka mirip orang Eropa:Mata biru kecokelatan,hidung mancung,kulit putih,rambut pirang,dan perawakan tinggi.Mereka kebanyakan adalah penduduk asli Daya.
Hingga kini,tak catatan pasti mengapa para peranakan Lamno ini sampai ada di kaki Gunung Geureute Aceh Jaya.
Seperti dimuat Radio Nederland,5 April 2012,seorang warga Desa Ujong Muloh,Wahidin,yang juga punya darah Portugis,mengatakan jumlah para warga keturunan ini sudah sangat berkurang.
Yang ada saat ini,"merupakan keturunan ke delapan karena dari orangtua kami ada yang kelima dan enam.Di kabupaten Aceh Jaya dan khususnya Kecamatan Jaya, dan Kecamatan Indra Jaya di Kecamatan Baru,terdapat beberapa desa yang dihuni oleh penduduk keturunan Portugis yang pada abad ke-14 sampai ke-16 terdampar di daerah kerajaan Daya,"cerita Wahidin.
Konon,di zaman dulu,masyarakat Kerajaan Daya menyelamatkan orang-orang Portugis dan menikahkannya dengan penduduk sekitar. Kala itu,kapal perang Portugis terdampar di perairan Lamno."Desa-desa yang menjadi basis keturunan Portugis, yaitu desa Ujong Muloh,Kuala Daya,Gle Jong,Teumareum dan Lambeso,ini hampir semua wanita dan prianya berciri khas kulit putih, rambut pirang dan hidung mancung.Tambahan lagi,para prianya memiliki bulu tebal di tangan dan dada.
Meski berwajah kaukasia,budaya mereka kental Aceh dan Islam."Di Lamno pengaruh Islam luar biasa.Tentara Portugis yang telah kimpoi dengan dengan masyarakat Lamno mengikuti agama Islam," kata Wahidin.
Itu versi pertama.Yang kedua,Portugis datang ke Aceh untuk menjajah pada tahun 1519 dan menikah dengan penduduk setempat.
Menurut catatan sejarah di pusat dokumen induk Aceh,Marco Polo dalam petualangan pelayaran keliling dunia tahun 1292-1295 pernah singgah di kerajaan Daya dan menulis buku tentang kebesaran kerajaan Daya berbaur dengan prajurit Portugis di Lamno.
Pemerintah Portugal sendiri telah menyalurkan bantuan pembangunan fasilitas kesehatan dan pendidikan di kawasan tersebut yang masih tersisa.
0 comments:
Post a Comment